Kesimpulan dan Refleksi Terhadap Pemikiran-Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Pertanyaan pemantik dalam membuat kesimpulan dan refleksi terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara: 

  1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda  mempelajari modul 1.1?
  2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini? 
  3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara terkait pendidikan ditilik dari awal pembahasan yaitu menarik garis lurus mundur ke pendidikan sejak zaman kolonial. Dalam pidatonya, KHD mengungkapkan pendidikan kolonial hanya mementingkan pengajaran intelek sama sekali tidak memerhatikan pendidikan kebudayaan. Sedangkan bangsa Indonesia memiliki identitas bangsa berupa nilai-nilai kebudayaan yang beragam. Oleh sebab itu, pendidikan  kecerdasan harus diiringi dengan pendidikan kebudayaan, dimulai dari pendidikan di keluarga yang kental dengan suasana kultural dan menanamkan nilai-nilai budi kesusilaan (budi pekerti).

Selanjutnya, untuk mencapai tujuan pendidikan berkebudayaan, anak-anak harus memeroleh pendidikan sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya. Hal ini melahirkan konsep kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat zaman yang dimaksud terkait dengan sistem pendidikan yang berubah dari waktu ke waktu. Sistem pendidikan zaman kolonial menekankan pada nilai untuk memeroleh ijazah sehingga luput mengembangkan karakter atau nilai kejiwaan. Seiring dengan perkembangan zaman, sistem pendidikan moderen kini memiliki lebih banyak jenjang pendidikan, menekankan pada kompetensi dan juga pengembangan karakter.

 Sebelum mempelajari Modul 1.1. saya memahami bahwa murid adalah pelaku pembelajaran sehingga pembelajaran sebisa mungkin diatur lebih banyak melibatkan murid daripada guru. Pengajaran juga menekankan pada inovasi guru dalam menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid, menghadirkan materi kontekstual dengan kebutuhan murid, memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan pengalaman belajar yang bermakna. Termasuk di dalamnya adalah penerapan penguasaan Teknologi Informasi (TI) dan Internet of Things (IoT) sesuai dengan tuntutan pendidikan di era revolusi industri 4.0.

Setelah mempelajari modul ini, khususnya dari sesi Ruang kolaborasi, saya lebih memahami dan memeroleh sudut pandang baru terkait makna nilai  kodrat alam dalam pendidikan dan pengajaran. Indonesia memiliki keberagaman budaya yang menjadi sumber pengajaran kebudayaan yang kaya akan nilai-nilai luhur. Keberagaman, harmoni, dan dinamika memiliki kekuatan yang sangat signifikan dalam membentuk identitas lokal, memperkokoh hubungan antar individu dan kelompok, serta memajukan masyarakat secara keseluruhan. Khususnya di Sulawesi Tenggara, lebih khusus pada etnis Tolaki, memiliki kebudayaan seperti baasi (alat musik bambu) dan ritual mosehe.

Baasi mengandung nilai kebersamaan, harmonisasi, Kerjasama, tanggung jawab, dan disiplin. Sementara itu ritual mosehe menekankan pada nilai bersyukur pada Tuhan, menghargai alam, kerja sama, tanggung jawab, dan perdamaian. Nilai-nilai yang terkandung dalam kedua hasil kebudayaan tersebut dapat diinternalisasikan dalam pendidikan khususnya pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas dan lingkungan sekolah. Baasi dapat diajarkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler, sedangkan ritual mosehe dapat dimasukkan ke sebagai konten dalam bahan bacaan atau teks pelajaran.

Saya akan menerapkan konsep kodrat alam dan zaman dengan memasukkan nilai-nilai global dan menanamkan nilai lokal untuk keseimbangan pendidikan dan pengajaran kebudayaan. Sebagai guru bahasa Inggris, selain mengajarkan target bahasa juga mengajarkan kebudayaan dari pengguna bahasa tersebut. Contoh pembelajaran yang menanamkan pemikiran KHD sesuai dengan nilai sosiokultural di dalam kelas misalnya membahas hewan Anoa dalam pembelajaran teks report dikaitkan dengan nilai menghargai alam dari ritual Mosehe.

Kesimpulan dari mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah pendidikan dan pengajaran terbuka pada perubahan disesuaikan dengan kodrat alam dan zaman, tetapi tidak melunturkan nilai-nilai luhur budaya sebagai pondasi pendidikan nasional. Peran guru sebagai pendidik adalah menginternalisasikan nilai-nilai kebudayaan dalam pengajaran di kelas agar bisa berdampingan dengan nilai-nilai kebudayaan baru yang masuk.

Kendari, 2 Maret 2024
Handrianita A.m.
Calon Guru Penggerak Angkatan 10,
Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara
Pendidikan Guru Penggerak 2024

Ing ngarso sung tulodo; Ing madyo mangun karsa; Tut wuri handayani

Ki Hadjar Dewantara

Leave a comment